Persahabatan
Putih-Merah
Karya : Yuni
Yusnia
Pagi itu pagi
yang cerah. Kuawali dengan senyuman dan sedikit sarapan sebelum Aku berangkat
ke sekolah. Pukul menunjukan 06.30 saat Aku tiba di sekolah. Koridor yang belum
terlalu ramai karena bel sekolah masih sekitar setengah jam untuk berbunyi
menandakan kelas belum segera dimulai. Aku berjalan menuju kelas yang berada di
lantai dua. Tepat di sebelah kiri tangga yang Aku lewati. Kelas pun masih sepi.
Hanya segelintir murid yang sedang duduk di kursinya atau sekadar menulis-nulis
di papan tulis. Aku beranjak menuju kursiku yang ada di baris ke empat lalu
duduk dan mengeluarkan buku pelajaran sekadar untuk menemaniku di kelas.
Beberapa belas menit kemudian, sudah banyak murid-murid kelas V A memasuki
kelas. Termasuk Alvi, Afifah, dan Sarah yang akhir-akhir ini dekat denganku.
Sedikit berbincang-bincang dengan teman-temanku sebelum bel masuk berbunyi dan
guru memasuki ruang kelas. Diawali dengan do’a, kamipun mulai belajar. Aku lupa
pelajaran hari itu, namun kurasa kami belajar dengan sangat serius namun
menyenangkan. Kami bertanya-tanya tentang apa yang belum dipahami atau berdiskusi
dengan guru kami.
Sudah 2 pelajaran berlalu, dan bel istirahat mulai berbunyi.
Aku memasukkan kembali buku-buku pelajaran ke dalam tas lalu beranjak menuju
kantin. Kami terbiasa mengantri untuk membeli jajan. Setelah itu, kami kembali
ke lantai atas menuju kelas. Saat itu Aku sedang bersama dengan Alvi, Afifah,
dan Sarah. Entahlah, kami selalu berempat akhir-akhir ini. Biar kudeskripsikan.
Alvi adalah cewek yang sedikit bergaya saat datang ke sekolah. Ia memiliki style-nya sendiri yang bisa dibilang
beda dengan teman-temannya yang lain. Afifah si periang yang pandai berbicara.
Ia selalu mendapatkan topik untuk dibicarakan dan terkadang bisa bersifat
kekanak-kanakkan. Sarah si pendiam yang pintar. Ia memang cenderung pendiam dan
malu-malu. Namun, Ia sangat pintar dan hampir selalu mendapatkan rangking 1 di
kelas. Aku, kurasa Aku tidak perlu mendeskripsikannya.
Singkat cerita, kami
sedang berada di dekat tangga seraya menghabiskan jajan yang telah kami beli. “Eh,
kok kita berempat terus sih?” ucap Alvi yang kala itu sedang
menyantap makaroni sausnya. “Iya ya. Kenapa kita enggak jadi sahabatan aja?” celetuk
Afifah saat mendengar pertanyaan Alvi. “kita sahabatan yuk, kita bikin nama yang bagus gitu
buat persahabatan kita.” Usulku, Sarah hanya mengangguk mengiyakan. “kira-kira
apa yah yang bagus.” Afifah berbicara sambil mengangkat kepala dan menempelkan
jari telunjuk kanan ke dagunya, seolah sedang berfikir keras. “Iyah. Apa yah?”
kata Sarah. “Aha! Gimana kalau..... AL...SA...FI...YU... iyah, ALSAFIYU. Alvi,
Sarah, Afifah, Yuni.” Seperti mendapat durian runtuh, dengan girang Alvi
memberitahu idenya. “Lumayan juga tuh. Lumayan bagus.” Afifah menimpali. “Tapi..
yah juga sih bagus, dari nama kita lagi. Yaudah deh, ALSAFIYU aja.” Aku mulai menyetujui “kamu mau gak Sar, kamu setuju kan sama idenya
Alvi?” tanya Afifah kepada Sarah. “Iyah. Aku setuju kok. Kita resmikan hari ini
jadi hari persahabatan kita.” Sarah mulai memberi ide. “Tapi, apa kita
benar-benar bakalan bersama terus. Maksud Aku, gak akan berpisah dan tetap ingat sama persahabatan kita?” yang
lain terlihat bingung dan saling memandang satu sama lain. “Yah kita jalanin
aja dulu.” Afifah mulai berkomentar. “Aku sih maunya kita tetap bersama dan gak
bakal lupa sampai SMP, SMA, Kuliah, pokoknya sampai seterusnya deh.” Sarah berujar dengan mengayunkan
tangannya. “Iya, mendingan kita jalanin aja dulu. Mudah-mudahan sih kita
bakalan sama-sama terus.” Alvie mulai berbicara. “Oke. Sekarang kita resmi
bersahabat. Yeayy.” Ucapku riang lalu diikuti oleh sahabat-sahabat baruku yang
berjingkrak-jingkrak.
***
Hari itu, hari Selasa.
Ada pelajaran Seni Budaya pada jam pelajaran terakhir. Dalam pertemuan kali
ini, kami membahas tentang Seni Tari. Pak Nanang mulai menjelaskan. “Selasa
depan, buat kelompok masing-masing 4 orang dan menari di depan kelas dengan
lagu Bulanbu.” Selasa depan? Bikin kelompok? 4 orang dan menari? Tunggu, 4
orang? Apa itu artinya; Aku, Alvi, Sarah, dan Afifah? Akan sekelompok? Dan
menari? Oh sungguh kebetulan yang luar biasa. Aku mulai menatap mereka satu
persatu sambil tersenyum, dan entah bagaiman kejadiannya mereka bertiga pun
ikut tersenyum. Sepertinya ide yang ada di kepalaku dan di kepala
sahabat-sahabatku sama. Ini adalah pertanda bagus.
Saat bel pulang
berbunyi, kami semua mulai berdo’a dan pulang setelah membicarakan konsep
menari untuk Selasa yang akan datang. Seperti biasa, kami berempat berjalan
beriringan dan membicarakan konsep tari yang akan kita tampilkan. Tidak perlu
menanyakan apakah kita sekelompok. Karena itu keinginan kita. “Eh, kita mau
narinya kaya gimana nih, hari Sabtu
kita latihan di rumah Sarah yuk.” Afifah mulai membuka pembicaraan diantara
kami. “Aku sih mau-mau aja, terserah kalian.” Ucapku seraya mengangkat bahu.
“Aku juga mau asal izin dulu.” Alvi berbicara seraya membenarkan posisi
kerudungnya. Ingat, Dia itu overprotektif
terhadap penampilan. “kalau kamu Sar?” sambung Alvie. “Aku malah senang kalian
semua mau main ke rumah Aku.” Ucapnya membuat kami semua tersenyum. Tinggal
tunggu sampai hari Sabtu dan kami akan latihan. Kami mulai berpisah. Aku
berbelok ke arah kanan, Alvi kearah kiri dengan Sarah, dan Afifah menaiki
angkot ke arah Anisa.
***
Kami berempat
telah kumpul di rumah Sarah setelah pulang sekolah pada hari Sabtu yang sudah
kami janjikan pada pukul 11 siang. Kami tidak langsung latihan, namun meminum
es Bubble dan sedikit bercanda untuk menghilangkan penat setelah berlama-lama Pramuka
di lapangan dengan cuaca panas. “Kita mulai sekarang aja yuk.” Alvi mulai
berdiri dan meletakkan esnya di lantai. “Nanti aja deh, masih capek tau.” Ucap
Afifah sambil menyedot es Bubblenya. “Udahlah cepetan. Kita kan mau hasilnya
bagus, lagian kalau udah selesai nanti kita bisa ngobrol lagi.” Alvi memang
sedikit keibuan, karena Dia yang paling tua diantara kami berempat. “Oke. Ayo,
ayo.” Aku mulai menarik tangan Afifah dan Sarah.
“Bukan begitu,
yang luwes sedikit. Bukan maju, tapi mundur. Itu tangannya salah seharusnya
begini.” Alvi tak henti-hentinya menasehati kami. Memang Alvi yang pandai
menari dan Dia pun yang membuat konsep tariannya. Sarah yang paling gampang
salah karena badannya yang kurang luwes. Afifah agak keras kepala jika
dinasehati oleh Alvi. Ia bersikukuh kalau Ia benar dan Alvi yang salah dan itu
beberapa kali menyebabkan pertengkaran kecil diantara keduanya. Kalau Aku sih,
cepat lupa gerakannya. Latihan sempat terhenti beberapa menit saat Afifah dan
Alvi bertengkar. Mereka saling menjauh dan tidak bicara. Sarah yang sedang
duduk di kursi ruang tamu karena merasa kelelahan merasa bingung harus berbuat
apa. Memang Aku yang harus turun tangan. “Udahlah ayo kita mulai lagi, jangan
marah-marahan gitu. Kita kan sahabat.” Aku berbicara di hadapan mereka berdua.
Suasana sudah mulai menghangat dan kami pun meneruskan latihan yang sempat
tertunda.
***
“Mudah-mudahan
kita yang paling bagus tampilnya yah.” Ucap Alvie saat kami berada di dekat
tangga, tempat favorit kami. “Iya dong.
Siapa dulu koreografernya.” Afifah berujar dan melirik Alvi membuat wajahnya
bersemu. “Enggak ah. Kita kan sama-sama yang ngerancang gerakannya.” “Tapi gak akan sebagus kalau gak ada kamu Vi.” Ucap Sarah
mengingatkan. Kami hanya saling tersenyum. Alvie dan Afifah sudah berbaikan
kembali. Yah, namanya juga sahabat. Paling marahan Cuma beberapa menit, sesudah
itu baikan lagi.
Pelajaran keempat
sudah di mulai. Pak Nanang mulai menyuruh para murd laki-laki untuk menyusun
meja untuk dijadikan panggung kecil di depan kelas. Lalu, pak Nanang memainkan
keyboard dengan lagu Bulanbu. Kelompok kami yang maju pertama. Kami menari
dengan sangat indah dan kompak hingga selesai. Lalu mulai bercerita-cerita
tentang penampilan kami tadi. Lalu, Ulfa dan kelompoknya maju dan disusul oleh
Erik dan kelompoknya. Akhirnya, kelompok kita yang paling bagus karena kompak
dengan gerakan yang sederhana. walaupun tidak mendapat hadiah dan hanya sekadar
bertanding biasa kami sangat senang dan merasa gembira karena telah berhasil
menampilkannya. Sejak itu, kami saling bersama hingga kelas VI SD dan berpisah
semenjak lulus dan memasuki SMP.
***
Segalanya telah
berubah. Afifah yang pesantren dan tidak dapat saling bertemu. Sarah yang saat
itu bersekolah di SMPN 5 Tangerang, Alvi bersekolah di SMP 15 Tangerang dan
mulai melupakan persahabatan kami, dan Aku yang bersekolah di SMP Perintis 1
Sepatan membuat kami jarang bertemu. Karena kami telah memiliki kesibukan baru
dan teman baru. Namun, aku sangat merindukkan sahabat-sahabat lamaku. Semoga
kalian tetap mengingat persahabatan kita dan akan selalu tersimpan bersamaan
dengan memori tentang kita. Aamiin...
Penulis : Yuni Yusnia
Saya IBU SALMAH ingin berbagi cerita kepada anda semua bahwa saya yg dulunya cuma seorang TKW di ARAB SAUDI jadi pembantu rumah tangga yg gajinya tidak mencukupi keluarga di kampun,jadi TKW itu sangat menderita dan di suatu hari saya duduk2 buka internet dan tidak di sengaja saya melihat komentar orang tentan AKI SOLEH dan katanya bisa membantu orang untuk memberikan nomor yg betul betul tembus dan kebetulan juga saya sering pasan nomor di ARAB SAUDI,akhirnya saya coba untuk menhubungi AKI SOLEH dan ALHAMDULILLAH beliau mau membantu saya untuk memberikan nomor,dan nomor yg di berikan AKI SOLEH meman betul2 terbukti tembus dan saya sangat bersyukur berkat bantuan AKI SOLEH kini saya bisa pulang ke INDONESIA untuk buka usaha sendiri,,munkin saya tidak bisa membalas budi baik AKI SOLEH sekali lagi makasih yaa AKI dan bagi teman2 yg menjadi TKW atau TKI seperti saya,bila butuh bantuan hubungi saja AKI SOLEH DI 082-313-336-747- insya ALLAH beliau akan membantu anda.Ini benar benar kisah nyata dari saya seorang TKW trimah kasih banyak AKI atas bantuang nomor togel nya wassalam.
BalasHapusKLIK DISINI BOCORAN TOGEL HARI INI
Saya IBU SALMAH ingin berbagi cerita kepada anda semua bahwa saya yg dulunya cuma seorang TKW di ARAB SAUDI jadi pembantu rumah tangga yg gajinya tidak mencukupi keluarga di kampun,jadi TKW itu sangat menderita dan di suatu hari saya duduk2 buka internet dan tidak di sengaja saya melihat komentar orang tentan AKI SOLEH dan katanya bisa membantu orang untuk memberikan nomor yg betul betul tembus dan kebetulan juga saya sering pasan nomor di ARAB SAUDI,akhirnya saya coba untuk menhubungi AKI SOLEH dan ALHAMDULILLAH beliau mau membantu saya untuk memberikan nomor,dan nomor yg diberikan AKI SOLEH meman betul2 terbukti tembus dan saya sangat bersyukur berkat bantuan AKI SOLEH kini saya bisa pulang ke INDONESIA untuk buka usaha sendiri,,munkin saya tidak bisa membalas budi baik AKI SOLEH sekali lagi makasih yaa AKI dan bagi teman2 yg menjadi TKW atau TKI seperti saya,bila butuh bantuan hubungi saja AKI SOLEH DI 082-313-336-747- insya ALLAH beliau akan membantu anda.Ini benar benar kisah nyata dari saya seorang TKW
trimah kasih banyak AKI atas bantuang nomor togel nya wassalam.
KLIK DISINI BOCORAN TOGEL HARI INI
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah yang telah mempertemukan saya dengan Mbah Rawa Gumpala dan melalui bantun pesugihan putih beliau yang sebar 5M inilah yang saya gunakan untuk membuka usaha selama ini,makanya saya sengaja memposting pesang sinkat ini biar semua orang tau kalau Mbah Rawa Gumpala bisa membantuh kita mengenai masalah ekonomi dengan bantuan pesugihan putihnya yang tampa tumbal karna saya juga tampa sengaja menemukan postingan orang diinternet jadi saya lansun menhubungi beliau dan dengan senang hati beliau mau membantuh saya,,jadi bagi teman teman yang mempunyai keluhan jangan anda ragu untuk menghubungi beliau di no 085-316-106-111 rasa senang ini tidak bisa diunkapkan dengan kata kata makanya saya menulis pesan ini biar semua orang tau,ini sebuah kisa nyata dari saya dan tidak ada rekayasa sedikit pun yang saya tulis ini,sekali lagi terimah kasih banyak ya Mbah dan insya allah suatu hari nanti saya akan berkunjun ke kediaman Mbah untuk silaturahmi.Wassalam dari saya ibu Sartika dan untuk lebih lenkapnya silahkan buka blok Mbah disini 😃Pesugihan Putih Tanpa Tumbal😃
BalasHapus