Pages

Senin, 04 Mei 2015

Karya Sastra - Drama



PENYESALAN TERDALAM
Oleh Siti Nurhaliza

     Di sebuah kelas social sedang terjadi perbincangan para siswi mengenai pelajaran social studies. Pelajaran yang dulu sangat digemari oleh anak IPS. Mereka senang melakukan penelitian sosial mengenai berbagai masalah sosial. Mulai dari mengamati, mengelompokkan dan menginterpretasikan masalah sosial tersebut. Tetapi kini mereka merasa sangat jenuh dengan mata pelajaran tersebut karena penelitian mereka tak kunjung selesai.
Iza                        : Eh, kalian sudah melakukan wawancara?
Tari                       : Udah dong, kalo kamu?
Iza                         : Sudah juga, tapi belum semua respondennya. Kamu ko diem aja sih Wi?
Tiwi                      : Hmm.. aku sudah coba wawancara. Tapi respondennya tidak bersedia.
Iza & Tari            : Loh, kenapa?
Tiwi                     : Mereka bilang tema penelitian aku membuat mereka sedih, jadi mereka ga mau aku wawancarai. Aku bingung nanti harus laporan bagaimana dengan Bu Rahma.
(bunyi getar hp)
Tari                       : (ngecek hp) Ada sms dari Bu Rahma nih
Iza                         : mana, mana! (ingin merebut hp B)
Tari                       : sabar dong ah! (dengan nada marah)
     “ Maaf yaa, anak2 ibu. Ibu ga bisa datang mengajar social studies pagi ini karena ibu sdg kurang enak badan. InsyaAllah, nanti siang kalo sudah membaik ibu dtng. “
Tiwi                      : alhamdulilah (merasa lega)
Iza                         : yeahh! (senang)
Tari                       : kok kalian senang sih Bu Rahma tdk masuk?
Tiwi                      : bukan gitu B, masalahnya wawancara aku belum selesai.
Iza                         : yaa, aku juga. Kamu sih enak!
Tari                       : enak apanya? Kalian merasakan ga apa yang lagi aku rasakan?
Iza & Tiwi           : jenuh!! (berbarengan)
Tari                       : ko kalian tahu sih?
Iza & Tiwi           : yaiyalah
Tari                       : aku juga ngerasa jenuh B. Penelitian kita ga selesai2. Revisi teruss!! (kesal)
Tiwi                  : Iyaa, coba deh liat anak IPA. Mereka pasti udah melakukan banyak penelitian ilmiah, sedangkan kita?..
Tari                       : satu aja belum selesai2 (melanjutkan kata2 Tiwi)

“ Teet..teett.. “ bel istirahat berbunyi mereka menyudahi percakapan dan beranjak untuk tadarus dan solat Dhuha bersama.
Bel masukpun berbunyi dan mereka bergegas untuk masuk kelas. Setelah beberapa menit kemudian, Bu Rahma memasuki kelas.

Bu Rahma          : Assalamu’alaikum (sambil berjalan menuju meja guru)
All                        : Wa’alaikumsalam
Bu Rahma         : Bagaimana hasil wawancara kalian? seperti biasa ya berikan laporan ke ibu satu per satu!
Tari                    : Saya udah wawancara bu, dapet 3 responden. Tetapi 1 respondennya bukan pelajar.
Bu Rahma           : Lalu, mana hasil wawancaranya?
Tari                       : Belum diketik bu.
Bu Rahma      : Kalian itu kan sudah tau langkah selanjutnya harus ditulis/diketik. Jangan nunggu Ibu pinta baru dikerjakan! Kalian harus lebih kreatif dong. Tiwi, bagaimana wawancara kamu?
Tiwi                 : Saya sudah coba wawancara bu. Tetapi respondennya tdk bersedia dgn alasan tema penelitian saya membuat mereka sedih.
Bu Rahma           : Ada berapa responden yang sudah kamu coba wawancarai?
Tiwi        : 2 responden. Salah satu respondennya itu teman SMP saya. Dia ga mau diwawancarain soalnya orang tuanya udah gaada semuanya dan ga mau sedih lagi karena mengingat mereka. 1 responden lagi itu teman adik saya, dia juga sama ga mau kalo “ broken home “ terjadi pada diri dia dan dia ga bersedia saya wawancarai.
Bu Rahma           : Hmm, kalo seperti itu berarti responden yang kamu wawancarai tidak merasa nyaman dengan kamu. Seharusnya kamu membuat mereka nyaman terlebih dahulu, misalnya iseng2 main ke rumahnya, lalu tanyakan kabar ayah/ibunya, dst. Setelah itu, kamu masuk ke topik wawancara kamu.
Tiwi                      : Baik bu, nanti akan saya coba lagi.
Bu Rahma           : (menengok ke arah Iza dan senyum sinis)
Iza                    : Saya sudah wawancara bu, di warnet dekat rumah saya. Tetapi hanya dapat 1 responden, karena saya tidak boleh lama-lama berada di luar rumah dan hasilnya juga belum saya ketik.

Bu Rahma : Itu tidak bisa dijadikan alasan. Ibu juga sedang sakit, tetap ibu usahakan untuk datang dan mengajar satu pelajaran. Jarak rumah ibu ke sekolah itu tidak dekat, tapi apa yang ibu dapatkan? Kalian hanya membuat ibu kecewa. (diam sesaat)
Yasudah, sekarang terserah kalian saja mau dikerjakan atau tidak karena sebenarnya ini untuk diri kalian sendiri. Jika kalian menganggap penelitian ini sebagai beban, lebih baik tidak usah dilanjutkan. Ibu tidak mau kalian merasa terbebani dengan pelajaran social studies. (berkemas dan pergi)
Semua siswi merasa cemas dengan perginya Bu Rahma dan mereka bingung harus melakukan apa. Lalu, salah satu di antara siswi berinisiatif untuk menyusul Bu Rahma ke kantor dan meminta maaf.
Tiwi                      : Bagaimana kalo kita susul Bu Rahma ke kantor?
Iza                         : Aku takutt..
Tari                       : Terus kita mau ngomong apa sama Bu Rahma?
Tiwi                : Apapun, yang penting Bu Rahma bisa memaafkan kita dan mau membimbing penelitian sosial kita lagi.
Semua siswi bergegas menuju kantor untuk menghampiri Bu Rahma, mereka tidak berani untuk masuk ke kantor sehingga mereka hanya mondar-mandir di depan kantor. Akhirnya setelah beberapa menit kemudian mereka memberanikan diri untuk masuk dan menghampiri Bu Rahma.
All                          : Assalamu’alaikum
Bu Rahma           : Wa’alaikumsalam (dengan pelan).  Ada apa kalian ke sini?
Tari                       : Ibu maafin kita, kita janji engga akan mengulanginya lagi.
Tiwi                      : Ibu jangan cuek! Kita mau ibu tetap membimbing penelitian kita.
Bu Rahma      : Usaha kalian itu belum maksimal, mudah menyerah! Ibu itu seperti tidak dihargai oleh kalian. Ibu membuang-buang waktu di sini hanya untuk mengajar siswi seperti kalian. Sekarang apa yang membuat Ibu harus percaya kalo kalian tidak akan membuat ibu kecewa lagi? Karena ini sudah yang kesekian kalinya kalian membuat ibu kecewa seperti ini.
Iza                            : Kita tidak akan menyepelekan tugas yang ibu berikan.
Tiwi                         : Kita akan berubah dan berusaha menjadi lebih baik
(Bu Rahma hanya merespon denga menatap siswinya satu per satu), tak lama bel pulang sekolah berbunyi ‘ teet..teet..tett ‘
Bu Rahma             : Hmm, yasudah sekarang kalian kembali ke kelas dan pulang!
Semua siswi bersalaman dengan Bu Rahma dan kembali ke kelas. Mereka menyesali kesalahannya dan berjanji akan berubah menjadi yang lebih baik.





0 komentar:

Posting Komentar